Digital Date Time Clock

Jumat, 31 Januari 2014

INTENSITAS BANJIR PRA DAN PASCA JOKOWI


     DKI Jakarta kembali terendam banjir. Sejumlah kawasan Ibukota tergenang air dengan ketinggian bervariasi. Mulai dari sekitar 30 cm sampai sekitar 2 meter. Namun bila dibandingkan, banjir pada 2014 ini dinilai tak separah 2013. Kepala Bidang Informatika BPBD DKI Jakarta Edy Junaedy menyatakan, banjir di Jakarta pada 2014 tidak seluas dibanding 2013. Hal ini lantaran ada upaya dari Pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Jokowi yang membuahkan hasil dan memberikan kontribusi untuk mengurangi banjir di ibukota. "Tak separah dibanding tahun lalu berkat kinerja pemerintah DKI. Sekarang ini sudah ada perbaikan lama dari pemerintah Gubernur DKI (Jokowi). Durasi banjir lama tapi tidak seluas tahun lalu. Meskipun intensitas hujan tahun ini lebih banyak, tapi kawasan yang terendam tak seluas tahun lalu," kata Edy Junaedy saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu (29/1/2014).

     Dia menjelaskan, sistem drainase atau saluran air di Ibukota saat ini sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal itu terbukti dari berkurangnya titik banjir di Ibukota. Kawasan Thamrin dan Sudirman, Jakarta Pusat pun tak terendam seperti 2013. "Kawasan Thamrin Sudirman 17 Januari lebih baik. Sekarang sudah nggak banjir seperti dulu," ujar Edy. Menurut dia, beberapa program yang dilakukan Jokowi dalam mengatasi banjir telah memberikan kontribusi dalam mengurangi banjir dan dampaknya. Misalnya saja pengerukan Waduk Pluit. Begitu juga dengan berfungsinya 6 pompa air Waduk Pluit saat ini dibanding hanya ada 2 pompa yang berfungsi pada tahun lalu. Selain itu, kinerja Satuan Petugas (Satgas) Jalan Rusak dan Satgas Banjir DKI Jakarta saat ini yang lebih sigap dibanding tahun lalu. Dia menilai, Satgas lebih cepat bertindak untuk memperbaiki tanggul dan jalan rusak.

     Banjir tampaknya menjadi beban berat bagi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk diselesaikan. Buktinya, sebelum rapat membahas banjir dengan sejumlah kepala daerah di kawasan penyangga Jakarta, Jokowi langsung tepuk jidat. "Pusing saya ngebahas ini (banjir-red)," ucap Jokowi kepada Gubernur Jawa Barat Achmad Heryawan dan pejabat lainnya sesaat sebelum pertemuan dimulai di pos mercu Bendung Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, Senin (20/1/2014) pagi. Ucapan Jokowi langsung disambut tawa pejabat lainnya yang hadir dalam pertemuan itu. Selain menteri dan gubernur, hadir juga Kepala Wilayah Sungai Besar Ciliwung - Cisadane T Iskandar, Sekjen Kementerian PU Agus Wijanarko, Wali Kota Bogor Diani Budiarto, Bupati Bogor H Rachmat Yasin, Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad, dan pejabat dari Pemkot Tangerang.

     Hadir dalam pembahasan soal banjir, Wali Kota Bogor Diani Budiarto, Bupati Bogor H Rachmat Yasin, wakil Wali Kota Depok, pejabat dari Pemkot Tangerang dan sejumlah pejabat dari Kementrian PU. Hingga saat ini, pertemuan masih berlangsung secara tertutup. Sejumlah wartawan baik cetak maupun elektronik mencoba mencuri kesempatan untuk mendengar isi pertemuan lewat kaca jendela di pos tersebut. Sementara itu hujan kembali turun di kawasan Katulampa, Bogor Timur. Hujan dengan intensitas sedang. Sedangkan, debit air ciliwung yang terpantau di mercu bendung katulampa setinggi 70 centimeter atau siaga 4.

     Walaupun mengaku pusing, Jokowi optimistis dapat menyelesaikan masalah banjir. Keyakinan ini karena dia mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Banten, dan pemerintah pusat. "Ini (pembangunan bendungan) akan mengurangi air yang masuk ke Jakarta sekitar 40 persen," ujar Jokowi. Ia menambahkan, penanggulangan banjir di Jakarta akan lebih masif dengan adanya normalisasi sungai dan waduk yang ada di Ibu Kota. "Tetapi, nanti apabila normalisasi sungai waduk dilakukan, insya Allah akan bisa mengurangi banjir dan di Jakarta," katanya.

     Dari hasil rapat koordinasi itu ada tiga pendekatan, yaitu pendekatan struktural, non-struktural, dan pendekatan kepada masyarakat. Pendekatan struktural, menurut Ahmad Heryawan, dengan membangun waduk, yakni di Sukamahi di Kecamatan Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat, satu lagi di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kemudian, membuat sodetan di Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur dan ke Sungai Cisadane, revitalisasi situ-situ sebelum ke Jakarta dan normalisasi Ciliwung dan Cisadane. Ditambah juga oleh konvervasi Ciliwung-Cisadane dan lain-lain.

     Adapun langkah non-struktural yaitu akan dibuat penghijauan di daerah aliran sungai, dengan memberi jarak 20 meter terhadap permukiman warga serta penertiban Sungai Ciliwung. Kemudian ketiga, pemberdayaan ekonomi masyarakat, penanganan sampah berbasis masyarakat, gerakan Ciliwung bersih, serta gerakan menanam 1 miliar pohon di daerah aliran Ciliwung dan Cisadane. Untuk kesepakatan non-struktural maupun pemberdayaan masyarakat akan menjadi otoritas sepenuhnya pemerintah daerah masing-masing, yaitu Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Korban

     Terkait korban jiwa, Edy mengaku belum bisa membandingkan. Sebab pihaknya masih dalam proses mendata korban, di samping belum selesainya musim hujan di Indonesia. "Tahun 2013 korban meninggal ada 38. Korban pengungsi tercatat pada 19 Januari, yakni 84 ribu orang. Namun untuk tahun ini, saya belum bisa memastikan," jelasnya.

     Berdasarkan data Pusat Kendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops) BPBD DKI, hingga Sabtu 18 Januari 2014, tercatat 7 warga meninggal dunia selama musibah banjir melanda Ibukota pada 2014. Data yang kita terima saat ini menunjukkan ada 7 korban banjir yang meninggal dunia. Penyebabnya sakit, tenggelam karena terpeleset atau terjatuh, hingga kesetrum. Korban yang ketujuh belum bisa kita publikasikan karena masih proses identifikasi kepolisian," ungkap Kepala Seksi Informatika dan Pengendalian BPBD DKI Bambang Surya Putra saat dihubungi di Jakarta.

   Seluruh warga DKI Jakata berharap agar bencana banjir ini dapat ditanggulangi/dicegah, paling tidak dikurangi agar tidak semakin parah. Dari saya, agar Pemprov DKI Jakarta melakukan kinerja semaksimal mungkin agar dapat mengurangi atau mencegah terjadinya bencana banjir, agar Gubernur dan Wakil Gubernur serta Pemprov DKI Jakarta tidak dinilai buruk kinerjanya oleh masyarakat.


SUMBER : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar