DAMPAK AJANG MISS WORLD 2013 DI INDONESIA
Kontes
Miss World 2013 yang akan digelar di Bali bisa dijadikan ajang promosi budaya
dan pariwisata Indonesia. Event ini juga diyakini dapat memberi citra positif
bangsa di mata dunia karena melibatkan peserta dari 140 negara, termasuk
negara-negara muslim seperti Turki, Malaysia, Tunisia, Guyana hingga
Uzbekistan. Sejumlah negara yang mayoritas berpenduduk muslim ikut meramaikan
Miss World 2013 yang digelar September ini. Sebut saja Hilba Temoudi, kontestan
asal Tunisia yang 90% penduduknya memeluk agama Islam. Begitu pula halnya
dengan Turki yang diwakili Ruveyda Oksuz.
Gadis
berusia 19 tahun dari Istanbul, Turki, ini memiliki mimpi menjadi seorang pakar
astronomi. Untuk merealisasi mimpinya, dia saat ini sedang melanjutkan studi di
bidang astronomi di Universitas Istanbul. ”A Thousand Splendid Suns karya
Khaled Husseini adalah buku favoritku,” kata Ruveyda. Dia memang suka memasak
dan berenang. Malaysia juga sudah mengonfirmasi Melinder Bhullar sebagai
perwakilan mereka di Miss World 2013.
Malaysia,
yang juga berpenduduk dominan muslim, telah mengikuti ajang Miss World sejak
1963 dengan pencapaian tertinggi pada 1998 yang diwakili Lina Teoh Pick Lim
sebagai runner up kedua yang juga membawa pulang penghargaan spesial Queen of
Asia & Oceania. Kabar terbaru adalah keikutsertaan Uzbekistan sebagai
negara ketiga eks Uni Soviet di Asia Tengah yang bergabung dengan kontes kecantikan
terbesar di dunia itu.
Sebelumnya,
Kazakhstan dan Kirgistan juga akan mengirimkan ratu kecantikan mereka bersama
dengan negara muslim lain. ”Assalamualaikum. Meni ismim Rakhima Ganieva,” sapa
Rakhima Ganieva dalam perkenalannya saat bergabung dengan Miss World 2013. Dia
mengenalkan diri berasal dari kota yang indah dan cantik, Tashkent, yang
dikenal dengan banyak gedung kuno dan keramahan penduduknya.
Gadis
cantik berusia 18 tahun itu baru saja lulus dari Akademi Pariwisata Tashkent
dan berencana melanjutkan studi ke universitas. ”Saya senang bermain piano.
Saya juga suka membaca buku, penulis Rusia favorit seperti Chekhov, Dostoevsky,
Tolstoy,” katanya. Dia juga mengaku senang bergabung dalam Miss World 2013 di
Indonesia. Rakhima Ganieva harus bersaing dengan Ainura Toleuova dari
Kazakhstan. Ainura, 18, menggambarkan dirinya sebagai perempuan yang selalu
bergembira dan berorientasi pada tujuan.
”Saya
ingin menjadi desainer dan memopulerkan pakaian khas Kazakhstan ke kancah
global,” tuturnya. Negara Asia Tengah lain yang mengirimkan kandidatnya adalah
Kirgistan, yakni Zhibek Nukeeva. Zhibek yang berusia 19tahun itu berasal dari
Bishek dan masih tinggal bersama adik dan orang tuanya. ”Saya ingin menjadi
ekonom atau penerjemah bahasa Prancis,” paparnya. Ada pula kontestan Miss World
2013 asal Jerman, Amina Sabah. Ia merupakan keturunan Lebanon yang beragama
Islam. Sebelum terpilih sebagai Miss Germany, gadis dengan tinggi 172 cm itu
sebelumnya adalah Miss Lebanon Germany.
Kontestan
dari Guyana, Ruqqayah Boyer, juga beragama Islam. Malah Ruqqayah merupakan
wanita Islam Guyana pertama yang memenangi kontes kecantikan Miss Guyana World
Pageant. Yang menarik dalam Miss World kali ini adalah keikutsertaan Kosovo
yang diwakili gadis berusia 21 tahun, Antigona Sejdiu. Perempuan yang lahir di
Jerman itu tinggal di ibu kota Kosovo, Prishtina.
Dia
bercita cita ingin menjalani karier sukses di bisnis dan kerap mendengarkan
lagu rock. Kosovo mengikuti ajang kecantikan itu sejak merdeka dari Serbia pada
2008. Meski belum diakui oleh Serbia dan Rusia, Kosovo telah diakui 101 negara
di seluruh dunia. Kosovo juga pernah mengirimkan perwakilannya ke Miss Earth,
kontes internasional yang mempromosikan kepedulian terhadap lingkungan.
Sambut Positif
Sementara
itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan,
ajang bergengsi Miss World dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk
mempromosikan budaya dan sektor pariwisata di dalam negeri. Sebab, pelaksanaan
kegiatan ini juga akan diliput sejumlah media di dalam dan luar negeri,
terutama media dari negara peserta. ”Itu kan ajang promosi bagi Indonesia yang
mendapat kesempatan menjadi tuan rumah,” kata Sapta di Jakarta kemarin.
Menurut
dia, publik tidak perlu khawatir dengan pelaksanaan ajang Miss World di Bali,
sebab cara berpakaian para peserta akan disesuaikan dengan budaya masyarakat
Indonesia. Dalam kegiatan ini, peserta akan menampilkan cara berpakaian sama
dengan ajang serupa yang selama ini digelar di dalam negeri seperti pemilihan
Putri Indonesia dan Miss Indonesia. ”Jadi tidak ada yang berpakaian bikini atau
terbuka. Miss World ini sama dengan ajang yang selama ini dilakukan di dalam
negeri,” ujarnya.
Lebih
lanjut Sapta menjelaskan, ajang Miss World selain menampilkan unsur kecantikan
fisik, juga menuntut peserta memiliki banyak pengetahuan seperti penguasaan
bahasa, kreativitas, serta perilaku yang baik. Selain unsur kecantikan,
berbagai aspek tersebut akan menjadi faktor penting dalam penilaian peserta.
”Menurut saya ajang ini justru lebih banyak sisi positifnya. Bukan hanya soal
kecantikan, tapi juga terdapat unsur edukasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan wanita,” ucapnya.
Pemerintah
menampik adanya anggapan yang mengatakan peserta kontes pemilihan ratu sejagat
ini akan menampilkan cara berpakaian secara terbuka. Pihaknya bahkan akan
menentang kegiatan itu digelar di Indonesia jika peserta menggunakan pakaian
vulgar karena tidak sesuai dengan budaya bangsa. ”Saya pribadi juga merasa
keberatan kalau ajang ini menampilkan cara berpakaian yang mengumbar aurat.
Kegiatan ini positif, mereka tidak ada yang berpakaian yang vulgar,”
tuturnya.
Senada
dengan Sapta, anggota Komisi X DPR Abdul Kadir Karding mengatakan, ajang Miss
World diperlukan untuk mempromosikan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia
dan menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata
di dalam negeri. Kegiatan ini bahkan dapat memberikan efek positif bagi
pengembangan ekonomi kreatif di dalam negeri. ”Bagi saya kegiatan semacam ini
perlu, khususnya sebagai ajang promosi budaya yang memberi efek luar biasa,”
kata Karding.
Menurut
dia, lewat kegiatan semacam itu Indonesia akan dikenal sebagai salah satu
destinasi wisata yang menarik. Selain berdampak positif bagi perkembangan dunia
pariwisata di dalam negeri, event Miss World diharapkan dapat memberikan dampak
bagi pembentukan opini positif bangsa Indonesia di kalangan masyarakat dunia.
Indonesia bahkan akan dipandang sebagai negara aman dan nyaman untuk
dikunjungi. ”Kalau jadi tujuan pelaksanaan Miss World, artinya Indonesia sudah
cukup aman,” tandasnya.
Namun
dia menyarankan agar pelaksanaan ajang Miss World ini mengakomodasi kultur
bangsa Indonesia dan adat ketimuran yang cenderung tidak begitu suka dengan
cara berpakaian terbuka. Misalnya para peserta diberi kesempatan untuk
mengenakan pakaian khas Indonesia seperti batik. ”Hal semacam itu kan boleh
dalam sesi tertentu sekaligus mempromosikan budaya bangsa dan ekonomi kreatif.
Jadi menurut saya jangan kemudian ditolak, malah penting ajang ini,” tegasnya.
Politikus dari PKB itu menyarankan agar pihak pelaksana Miss World dan para
peserta bisa memahami kultur masyarakat Indonesia dan adat ketimuran.
Tak Ada Kontes Bikini
Chairwoman
Miss Indonesia Organization Liliana Tanoesoedibjo mengatakan Miss World
merupakan sebuah event positif yang akan mengangkat nama Indonesia di mata
dunia. ”Saya tidak melihat di mana sisi negatifnya. Justru event ini bisa
membawa Indonesia ke mancanegara,” kata Liliana di Jakarta. Dia mengatakan
pelaksanaan Miss World di Indonesia justru merupakan yang pertama digelar
sesuai dengan kultur negara tuan rumah.
”Kami
sudah melakukan pendekatan dengan Miss World Organization sejak tiga tahun lalu
dan kami juga memberikan penjelasan kepada mereka tentang Indonesia yang
berbudaya santun dan mereka menerima, bahkan mereka kagum dengan itu. Karenanya
mereka menghormati dengan meniadakan kontes bikini di Miss World kali ini,”
terang Liliana sembari menambahkan bahwa kontes bikini yang biasanya menjadi
agenda tetap Miss Worlddi Indonesia diubah menjadi peragaan busana mengenakan
sarung khas Bali.
Penggunaan
sarung Bali, menurut Liliana, justru disesuaikan dengan tradisi Indonesia.
”Sarung itu kan bagian dari tradisi bangsa dan itu yang ingin kita bawa ke
dunia. Kita orang Timur yang terbiasa berbudaya santun. Bikini bukan budaya
kita, karena itu tidak kita pakai dan Miss World menghargai itu. Di sini saya
senang sekali karena ada kerja sama yang benar antara kita dengan Miss World,”
kata Liliana seraya menegaskan bahwa seluruh peserta Miss World 2013 tidak ada
yang memakai bikini.
”Di
situlah letak keunikan Miss World. Ini bukan sekadar kontes kecantikan biasa.
Miss World punya slogan Beauty with a Purpose. Cantik itu hanya bonus, tapi ada
maksud dan tujuan dari kecantikan itu sendiri. Ada nilai-nilai wanita yang
dipegang teguh. Mereka menghormati wanita, bukan mengeksploitasi wanita,” papar
Liliana. Dia juga menuturkan Miss World memberikan kesempatan bagi wanita untuk
berkarya di kancah internasional. ”Ada misi sosial yang diemban di sini,”
tegasnya. lesthia kertopati/ witantri nurfadilah/ andika hendra m/ andi
setiawan
SUMBER :